Sabtu, 13 Oktober 2012

TEKNIK-TEKNIK MELUKIS


1)    Anamorphisme

Anamorfisme berarti penyajian perspetif atau proyeksi yang terdistorsi. Lebih khusus istilah ini mengacu kepada imaji yang terdistorsi sedemikian rupa hingga hanya akan terlihat normal jika dilihat dari sudut tertentu.
Leonardo’s Eye (Leonardo da Vinci, sekitar 1485) adalah salah satu contoh karya anamorfosis tertua yang pernah ditemukan.
Selama abad 17, Mural trompe l’oeil di masa Barok sering menggunakan teknik ini untuk mendapatkan kombinasi arsitektural yang sempurna dengan ilusi visual. Saat pengunjung melihat bangunan dari sudut yang tepat, maka bangunan tersebut akan menyatu dengan lukisan dekoratif yang ada. Hans Holbein the Younger adalah salah satu contoh pengguna trik anamorfisme dalam karyanya.
Kubah dan rangka langit-langit dari Gereja St. Ignazio di Roma, yang dilukis oleh Andrea Pozzo, memperlihatkan contoh ilusi ini. Diawali oleh kekhawatiran kubah yang terlalu tinggi akan mengganggu pencahayaan untuk bangunan di sekitar, maka Pozzo ditugaskan untuk membuat ilusi kubah tersebut daripada harus membangun kubah yang sebenarnya. Bagaimanapun, karena karya ini tetap bersifat dimatra, hanya pada titik tertentu saja pengunjung bisa merasakan kubah ini benar-benar nyata.
Contoh lain adalah lukisan kapur di trotoar oleh Kurt Wenner dan Julian Beever di mana lukisan kapur, ubin, dan bangunan di sekitar menyatu menjadi sebuah ilusi.
IMAX, Cinemascope dan format layar lebar lain bisa menggunakan teknik anamorfisme untuk menciptakan ilusi pemandangan trimatra dari slide dimatra.
Contoh lukisan Anamorphisme :
     
2)    Sotto In Su
Sotto in su, berarti terlihat dari bawah (atau populer pula dengan sebutan di sotto in su), adalah teknik lukisan ilusionistis yang biasanya digunakan untuk lukisan langit-langit untuk memberikan persepsi perspektif. Setiap elemen yang dilihat oleh pemirsa disusun agar memberikan ilusi yang tepat.

Sejarah

Teknik ini banyak digunakan pada masa Barok untuk lukisan fresko. Diperkirakan teknik ini pertama kali digunakan Andrea Mantegna dalam Camera degli Sposi (Mantua). Selain itu juga terdapat nama-nama Antonio da Corregio dalam Duomo Parma, Pietro da Cortona dengan karyanya Allegory of Divine Providence and Barberini Power di Palazzo Barberini, dan Andrea Pozzo dengan karyanya Apotheosis of St Ignatius.
Contoh lukisan Sotto In Su :
    








3)    Hatching
Hatching (hachure dalam Bahasa Perancis) dan juga cross-hatching adalah teknik dalam lukisan dan karya grafis yang digunakan untuk memberikan efek warna maupun bayangan dengan membuat garis-garis paralel. Jika garis-garis paralel ini ditimpa dengan garis-garis paralel lain yang saling berpotongan, maka teknik ini menjadi cross hatching. Perupa menggunakan teknik ini dengan memvariasikan jarak, sudut, panjang, dan jenis-jenis garis sehingga dihasilkan gradasi bayangan tertentu. Teknik ini sangat populer pada masa Renaisans Awal.

Teknik dasar

Konsep utama dari hatching adalah bahwa kepadatan, jumlah, dan ketebalan garis akan sangat mempengaruhi efek bayangan yang dihasilkan. Dengan meningkatkan kepadatan, jumlah, dan jarak antar garis, maka bayangan yang dihasilkan semakin gelap, begitu pula sebaliknya.
Kontras bayangan bisa pula dicapai dengan mendekatkan dua jenis hatching yang berbeda sudut garisnya. Sebagai hasilnya, variasi garis ini akan memberikan ilusi warna, yang bila digunakan secara konsisten akan mengasilkan imaji yang realistis.
Contoh lukisan Hathing :
     

4)  Impasto
Impasto adalah teknik lukisan di mana cat dilapiskan dengan sangat tebal di atas kanvas sehingga arah goresan sangat mudah terlihat. Cat yang digunakan bisa pula tercampur di atas kanvas. Saat kering, teknik impasto akan menghasilkan tekstur yang jelas, sehingga kesan kehadiran objek lebih terasa.

Aplikasi

Cat minyak sangat cocok dengan teknik ini, sebab ketebalannya yang tepat, proses pengeringan yang lama, dan sifat opacitynya yang buruk. Sifat ini bahkan bisa diperkuat dengan penggunaan linseed oil. Akrilik bisa diolah dengan teknik impasto, meskipun sangat jarang karena cat jenis ini mengering dalam waktu singkat. Sementara pemakaian teknik impasto pada cat air maupun tempera hampir mustahil tanpa medium pengental seperti Aquapasto&#8482.

Efek yang ditimbulkan

Impasto memberikan dua efek. Pertama memberikan kesan pantulan cahaya berbeda dibandingkan dengan goresan kuas biasa. Yang kedua memberikan kesan ekspresi yang lebih kuat. Pemirsa lukisan bisa menyadari seberapa kuat kuas atau pisau palet digoreskan, serta kecepatan goresannya.
Tujuan pertama lebih sering dipakai oleh pelukis klasik seperti Rembrandt, seperti untuk memperlihatkan lipatan kain atau pantulan cahaya dari perhiasan. Sementara tujuan kedua sering digunakan oleh pelukis pada era modern seperti Vincent van Gogh. Frank Auerbach menggunakan teknik impasto secara berlebihan untuk menampilkan kesan trimatra yang benar-benar kuat.



Contoh lukisan Impasto :
 
4)    Trompe l’oeil

Sejarah

Meskipun kata ini baru muncul pada periode Barok, penggunaan teknik trompe-l’œil sebenarnya telah terjadi jauh sebelumnya. Biasanya teknik ini dipakai pada mural, sebagai contohnya di reruntuhan kota Pompeii. Contoh-contoh yang klise dari trompe-l’œil adalah jendela, pintu, atau koridor tiruan yang dimaksudkan menciptakan ilusi ruangan yang luas.
Dengan pemahaman yang sudah sangat dalam tentang perspektif pada masa Renaisans, pelukis sangat sering menambahkan teknik trompe-l’œil ke dalam lukisan mereka, untuk merusak batas antara imaji dan kenyataan. Sebagai contoh, seekor lalat bisa saja terlihat menempel di atas bingkai lukisan, sehelai kertas terlihat menempel di atas papan tulis, atau orang yang terlihat menggapai lukisan.
Interior dari gereja Jesuit pada periode mannerisme di bagian langit-langit sering memperlihatkan lukisan dengan teknik trompe-l’œil. Lukisan-lukisan ini biasanya memperlihatkan usaha anamorphosis dari dasar gereja menuju langit untuk memperlihatkan proses pengangkatan Yesus atau Bunda Maria.
Trompe-l’œil juga bisa ditemukan di berbagai furnitur, seperti meja ataupun kursi, seperti misalnya kartu permainan yang bisa terlihat sangat nyata di atas meja.
Teknik ini diperkenalkan kembali di Amerika Serikat pada abad 19 oleh pelukis William Harnett. Pada abad 20, Richard Haas membuat mural dengan pemanfaatan teknik trompe-l’œil di kota-kota Amerika.

Aplikasi di luar dunia seni lukis

Varian lain dari teknik trompe-l’œil adalah Lukisan matte, teknik dalam pembuatan film di mana beberapa bagian adegan yang rumit digambarkan di atas kaca yang dilapiskan di depan kamera selama proses syuting berlangsung. Contohnya di dalam film-film awal Star Wars.
Di dalam kartun, trompe-l’œil sering ditemukan dalam Looney Tunes. Misalnya di dalam Road Runner, Wile E . Coyote menggambarkan terowongan palsu tetapi Road Runner selalu berhasil berlari menembusnya. Saat Coyote dengan bodoh mengikuti Road Runner, ia malah menabrak lukisan tersebut.

Perupa yang menggunakan teknik Trompe-l’œil

*       Andrea Pozzo
*       John F. Peto
*       William Harnett
*       John Haberle
*       Luca Giordano
*       René Magritte
*       Julian Beever
*       Masaccio



Contoh lukisan Trompe l’oeil :
  
5)    Sfumato
Sfumato adalah istilah yang digunakan dan dipopulerkan Leonardo da Vinci untuk merujuk pada lukisannya yang melapiskan warna-warna yang berdekatan untuk menciptkan ilusi kedalaman, volume, dan bentuk. Sebagai hasil akhir, perpindahan warna tersebut tidak lagi terlihat jelas.
Dalam bahasa Italia, sfumato berarti berasap, tetapi dibedakan dengan istilah fumo yang berarti asap. Leonardo sendiri mendeskripsikan sfumato sebagai “tanpa outline“, dalam pengertian berkabut atau detail yang tidak dihasilkan oleh penggunaan garis secara disengaja.





Contoh lukisan Sfumato :
  
6)    Cyclorama
Cyclorama adalah lukisan yang didesain dalam media silinder dengan maksud pemirsa akan berada di tengah silinder tersebut, dan bisa menikmati pemandangan selebar 360°. Biasanya teknik ini dipakai untuk menampilkan pemandangan alam yang mengagumkan.
Cyclorama pertama kali ditemukan seorang bangsa Irlandia, Robert Barker yang ingin membuat panorama dari bukit sekitar Edinburgh, Skotlandia. Ia kemudian membuat karya Cyclorama Edinburgh pada tahun 1787.
Karya cyclorama sangat populer di akhir abad 19. Yang paling populer adalah yang menampilkan perjalanan dari kota ke kota, seperti sebuah film modern. Saat pemirsa berdiri di tengah silinder, musik dan narasi akan mengiringi pandangannya. Kadang efek diorama ditambahkan sebagai latar depan untuk mememberikan kesan realistik.
Banyak bangunan silinder atau heksagonal didirikan di Amerika Serikat dan kota-kota Eropa unuk memberi ruang bagi lukisan cyclorama.
Ada ratusan cyclorama yang dibuat pada masa kejayaannya. Tetapi hanya 30 yang masih terawat dan bisa dinikmati.

Contoh karya

Ø  Atlanta Cyclorama, menggambarkan Battle of Atlanta saat Perang saudara Amerika, dipamerkan di Atlanta.
Ø  Behalt Cyclorama, menggambarkan keturunan orang-orang Amish Mennonite.
Ø  Gettysburg Cyclorama, menggambarkan Battle of Gettysburg saat Perang saudara Amerika dipamerkan di Gettysburg National Military Park
Ø  Cyclorama of Jerusalem, menggambarkan penyaliban Jesus Christ dipamerkan di Quebec, Canada
Ø  Waterloo Cyclorama, menggambarkan kisah Battle of Waterloo dipamerkan di Belgium di dekat kota Waterloo
Contoh lukisan Cyclorama :
      
7)    Chiaroscuro
Chiaroscuro berasal dari kata Italia yang berarti gelap-terang yang bisa juga diartikan menjadi kontras yang sangat kuat antara cahaya dan bayangan di dalam suatu karya seni.

Ciri

Hal yang menjadi ciri khas chiaroscuro adalah pengaplikasian cahaya pada objek lukisan yang memberikan kesan trimatra sangat jelas akibat pengaplikasian highlight dan bayangan. Teknik ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang perspektif, reaksi permukaan benda terhadap pantulan cahaya, dan proses pembentukan bayangan.
Berbeda dengan gambar dari zaman modern, kesan trimatra tidak dihasilkan oleh kontur goresan kuas, tetapi hanya dari gradasi warna terang ke gelap.

Sejarah

Teknik ini mulai diperkenalkan pada abad 15 oleh pelukis Italia dan Flander (Belgia Utara). Tetapi pemanfaatannya secara luas baru terjadi pada abad 16, pada periode Mannerisme dan Barok. Objek yang cenderung berwarna gelap diberikan pencahayaan secara dramatis oleh sumber cahaya dan terkadang tidak terlihat di dalam lukisan itu sendiri. Sebagai contoh pengusung teknik ini adalah Ugo da Carpi (c.1455-c.1523), Giovanni Baglione (15661643) and Caravaggio (1573-1610).
Teknik ini kemudian merambah seni cetak pada abad 18, yang sering dipakai dalam karya aquatint, xylograf, dan gambar-gambar dengan tinta china lainnya.

Aplikasi di luar lukisan

Teknik chiaroscuro dalam karya cetak sedikit berbeda dengan teknik camaieu Jerman, di mana efek grafis terlihat berbeda jelas dalam pembentukan efek pantulan plastik, dan lebih sering menggunakan medium kertas berwarna.
Di dalam dunia sinema, Sin City adalah contoh film yang mengaplikasikan teknik ini.

Tenebrisme

Salah satu teknik yang berhubungan dekat dengan chiaroscuro adalah tenebrisme. Dalam bahasa Italia, kata tenebroso berarti berpendar (bisa pula diartikan pencahayaan dramatis). Lukisan dengan teknik ini menggunakan kontras yang sangat kasar dalam gradasi gelap ke terang, yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari chiaroscuro. Bedanya, posisi sumber cahaya terlihat jelas di dalam lukisan.
Contoh perupa yang menggunakan teknik teberisme adalah Caravaggio, Georges De La Tour, dan Rembrandt.
Contoh lukisan Chiaroscuro :