1)
Anamorphisme
Anamorfisme berarti penyajian perspetif atau proyeksi yang
terdistorsi. Lebih khusus istilah ini mengacu kepada imaji yang terdistorsi
sedemikian rupa hingga hanya akan terlihat normal jika dilihat dari sudut
tertentu.
Leonardo’s Eye (Leonardo da Vinci, sekitar 1485) adalah
salah satu contoh karya anamorfosis tertua yang pernah ditemukan.
Selama abad 17, Mural trompe l’oeil di masa Barok
sering menggunakan teknik ini untuk mendapatkan kombinasi arsitektural yang
sempurna dengan ilusi visual. Saat pengunjung melihat
bangunan dari sudut yang tepat, maka bangunan tersebut akan menyatu dengan
lukisan dekoratif yang ada. Hans Holbein the
Younger adalah salah satu contoh pengguna trik anamorfisme dalam karyanya.
Kubah dan rangka langit-langit dari Gereja St. Ignazio
di Roma, yang dilukis oleh Andrea Pozzo,
memperlihatkan contoh ilusi ini. Diawali oleh kekhawatiran kubah yang terlalu
tinggi akan mengganggu pencahayaan untuk bangunan di sekitar, maka Pozzo
ditugaskan untuk membuat ilusi kubah tersebut daripada harus membangun kubah
yang sebenarnya. Bagaimanapun, karena karya ini tetap bersifat dimatra, hanya pada titik
tertentu saja pengunjung bisa merasakan kubah ini benar-benar nyata.
Contoh lain adalah lukisan kapur di trotoar oleh Kurt Wenner dan Julian Beever di mana
lukisan kapur, ubin, dan bangunan di sekitar menyatu menjadi sebuah ilusi.
IMAX, Cinemascope dan format
layar lebar lain bisa menggunakan teknik anamorfisme untuk menciptakan ilusi
pemandangan trimatra dari slide dimatra.
Contoh lukisan
Anamorphisme :
2) Sotto In Su
Sotto in su, berarti terlihat dari bawah (atau
populer pula dengan sebutan di sotto in su), adalah teknik lukisan ilusionistis yang
biasanya digunakan untuk lukisan langit-langit untuk memberikan persepsi
perspektif. Setiap elemen yang dilihat oleh pemirsa disusun agar memberikan
ilusi yang tepat.
Sejarah
Teknik ini banyak digunakan pada masa Barok
untuk lukisan fresko. Diperkirakan teknik ini pertama kali digunakan Andrea Mantegna dalam Camera degli
Sposi (Mantua). Selain itu juga terdapat nama-nama Antonio da Corregio
dalam Duomo Parma, Pietro da Cortona
dengan karyanya Allegory
of Divine Providence and Barberini Power di Palazzo Barberini,
dan Andrea Pozzo dengan
karyanya Apotheosis of St Ignatius.
Contoh lukisan Sotto In Su :
3)
Hatching
Hatching
(hachure dalam Bahasa Perancis) dan juga cross-hatching
adalah teknik dalam lukisan dan karya grafis yang digunakan untuk memberikan
efek warna maupun bayangan dengan membuat garis-garis paralel. Jika garis-garis
paralel ini ditimpa dengan garis-garis paralel lain yang saling berpotongan,
maka teknik ini menjadi cross hatching. Perupa
menggunakan teknik ini dengan memvariasikan jarak, sudut, panjang, dan
jenis-jenis garis sehingga dihasilkan
gradasi bayangan tertentu. Teknik ini sangat populer pada masa Renaisans
Awal.
Teknik dasar
Konsep utama
dari hatching adalah bahwa kepadatan, jumlah, dan ketebalan garis akan
sangat mempengaruhi efek bayangan yang dihasilkan. Dengan meningkatkan
kepadatan, jumlah, dan jarak antar garis, maka bayangan yang dihasilkan semakin
gelap, begitu pula sebaliknya.
Kontras
bayangan bisa pula dicapai dengan mendekatkan dua jenis hatching yang berbeda
sudut garisnya. Sebagai hasilnya, variasi garis ini akan memberikan ilusi
warna, yang bila digunakan secara konsisten akan mengasilkan imaji
yang realistis.
Contoh
lukisan Hathing :
4) Impasto
Impasto adalah teknik lukisan di mana cat
dilapiskan dengan sangat tebal di atas kanvas sehingga arah goresan sangat
mudah terlihat. Cat yang digunakan bisa pula tercampur di atas kanvas. Saat
kering, teknik impasto akan menghasilkan tekstur yang jelas, sehingga kesan
kehadiran objek lebih terasa.
Aplikasi
Cat minyak sangat cocok dengan teknik ini, sebab
ketebalannya yang tepat, proses pengeringan yang lama, dan sifat opacitynya yang buruk. Sifat
ini bahkan bisa diperkuat dengan penggunaan linseed oil. Akrilik
bisa diolah dengan teknik impasto, meskipun sangat jarang karena cat jenis ini
mengering dalam waktu singkat. Sementara pemakaian teknik impasto pada cat
air maupun tempera hampir mustahil tanpa
medium pengental seperti Aquapasto™.
Efek yang ditimbulkan
Impasto
memberikan dua efek. Pertama memberikan kesan pantulan cahaya berbeda
dibandingkan dengan goresan kuas biasa. Yang kedua memberikan kesan ekspresi
yang lebih kuat. Pemirsa lukisan bisa menyadari seberapa kuat kuas atau pisau
palet digoreskan, serta kecepatan goresannya.
Tujuan
pertama lebih sering dipakai oleh pelukis klasik seperti Rembrandt,
seperti untuk memperlihatkan lipatan kain atau pantulan cahaya dari perhiasan.
Sementara tujuan kedua sering digunakan oleh pelukis pada era modern seperti Vincent van Gogh. Frank Auerbach
menggunakan teknik impasto secara berlebihan untuk menampilkan kesan trimatra yang benar-benar
kuat.
Contoh
lukisan Impasto :
4)
Trompe l’oeil
Sejarah
Meskipun kata
ini baru muncul pada periode Barok, penggunaan teknik trompe-l’œil sebenarnya
telah terjadi jauh sebelumnya. Biasanya teknik ini dipakai pada mural,
sebagai contohnya di reruntuhan kota Pompeii.
Contoh-contoh yang klise dari trompe-l’œil adalah jendela, pintu, atau koridor
tiruan yang dimaksudkan menciptakan ilusi ruangan yang luas.
Dengan
pemahaman yang sudah sangat dalam tentang perspektif pada masa Renaisans,
pelukis sangat sering menambahkan teknik trompe-l’œil ke dalam lukisan mereka,
untuk merusak batas antara imaji dan kenyataan. Sebagai contoh, seekor lalat
bisa saja terlihat menempel di atas bingkai lukisan, sehelai kertas terlihat
menempel di atas papan tulis, atau orang yang terlihat menggapai lukisan.
Interior dari
gereja Jesuit pada periode mannerisme
di bagian langit-langit sering memperlihatkan lukisan dengan teknik
trompe-l’œil. Lukisan-lukisan ini biasanya memperlihatkan usaha anamorphosis dari dasar gereja menuju langit untuk
memperlihatkan proses pengangkatan Yesus atau Bunda Maria.
Trompe-l’œil
juga bisa ditemukan di berbagai furnitur, seperti meja ataupun kursi, seperti
misalnya kartu permainan yang bisa terlihat sangat nyata di atas meja.
Teknik ini
diperkenalkan kembali di Amerika Serikat pada abad 19 oleh pelukis William Harnett. Pada
abad 20, Richard Haas membuat
mural dengan pemanfaatan teknik trompe-l’œil di kota-kota Amerika.
Aplikasi di luar dunia seni lukis
Varian lain
dari teknik trompe-l’œil adalah Lukisan matte, teknik
dalam pembuatan film di mana beberapa bagian adegan yang rumit digambarkan di
atas kaca yang dilapiskan di depan kamera selama proses syuting berlangsung. Contohnya
di dalam film-film awal Star Wars.
Di dalam
kartun, trompe-l’œil sering ditemukan dalam Looney Tunes. Misalnya di
dalam Road Runner, Wile E .
Coyote menggambarkan terowongan palsu tetapi Road Runner selalu berhasil
berlari menembusnya. Saat Coyote dengan bodoh mengikuti Road Runner, ia malah
menabrak lukisan tersebut.
Perupa yang menggunakan teknik Trompe-l’œil
Contoh
lukisan Trompe l’oeil :
5)
Sfumato
Sfumato
adalah istilah yang digunakan dan dipopulerkan Leonardo da Vinci untuk merujuk pada lukisannya
yang melapiskan warna-warna yang berdekatan untuk menciptkan ilusi kedalaman,
volume, dan bentuk. Sebagai hasil akhir, perpindahan warna tersebut tidak lagi
terlihat jelas.
Dalam bahasa
Italia, sfumato berarti berasap, tetapi dibedakan dengan
istilah fumo yang berarti asap. Leonardo sendiri mendeskripsikan
sfumato sebagai “tanpa outline“, dalam pengertian berkabut atau detail
yang tidak dihasilkan oleh penggunaan garis secara disengaja.
Contoh
lukisan Sfumato :
6)
Cyclorama
Cyclorama
adalah lukisan yang didesain dalam media silinder dengan maksud
pemirsa akan berada di tengah silinder tersebut, dan bisa menikmati pemandangan
selebar 360°. Biasanya teknik ini dipakai untuk menampilkan pemandangan alam
yang mengagumkan.
Cyclorama
pertama kali ditemukan seorang bangsa Irlandia,
Robert Barker yang ingin
membuat panorama dari bukit sekitar Edinburgh,
Skotlandia. Ia kemudian membuat karya Cyclorama Edinburgh
pada tahun 1787.
Karya
cyclorama sangat populer di akhir abad 19. Yang paling populer adalah yang
menampilkan perjalanan dari kota ke kota, seperti sebuah film
modern. Saat pemirsa berdiri di tengah silinder, musik dan narasi akan
mengiringi pandangannya. Kadang efek diorama ditambahkan sebagai
latar depan untuk mememberikan kesan realistik.
Banyak
bangunan silinder atau heksagonal didirikan di Amerika Serikat dan kota-kota
Eropa unuk memberi ruang bagi lukisan cyclorama.
Ada ratusan cyclorama yang
dibuat pada masa kejayaannya. Tetapi hanya 30 yang masih terawat dan bisa
dinikmati.
Contoh karya
Ø Atlanta Cyclorama,
menggambarkan Battle of Atlanta
saat Perang saudara
Amerika, dipamerkan di Atlanta.
Ø Gettysburg Cyclorama,
menggambarkan Battle of Gettysburg
saat Perang saudara
Amerika dipamerkan di Gettysburg
National Military Park
Ø Waterloo Cyclorama,
menggambarkan kisah Battle of Waterloo
dipamerkan di Belgium di dekat kota Waterloo
Contoh lukisan Cyclorama :
7)
Chiaroscuro
Chiaroscuro berasal dari kata Italia yang berarti gelap-terang yang bisa juga
diartikan menjadi kontras yang sangat kuat antara cahaya
dan bayangan di dalam suatu karya seni.
Ciri
Hal yang
menjadi ciri khas chiaroscuro adalah pengaplikasian cahaya pada objek lukisan
yang memberikan kesan trimatra sangat jelas akibat
pengaplikasian highlight dan bayangan.
Teknik ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang perspektif, reaksi permukaan
benda terhadap pantulan cahaya, dan proses pembentukan bayangan.
Berbeda
dengan gambar dari zaman modern, kesan trimatra tidak dihasilkan oleh kontur
goresan kuas, tetapi hanya dari gradasi warna terang ke gelap.
Sejarah
Teknik ini
mulai diperkenalkan pada abad 15 oleh pelukis Italia dan Flander (Belgia
Utara). Tetapi pemanfaatannya secara luas baru terjadi pada abad 16, pada
periode Mannerisme dan Barok. Objek yang cenderung berwarna gelap
diberikan pencahayaan secara dramatis oleh sumber cahaya dan terkadang tidak
terlihat di dalam lukisan itu sendiri. Sebagai contoh pengusung teknik ini
adalah Ugo da Carpi (c.1455-c.1523), Giovanni Baglione (1566–1643) and
Caravaggio (1573-1610).
Teknik ini
kemudian merambah seni cetak pada abad 18, yang sering dipakai dalam karya aquatint, xylograf, dan gambar-gambar
dengan tinta china lainnya.
Aplikasi di luar lukisan
Teknik
chiaroscuro dalam karya cetak sedikit berbeda dengan teknik camaieu Jerman, di mana efek
grafis terlihat berbeda jelas dalam pembentukan efek pantulan plastik, dan
lebih sering menggunakan medium kertas berwarna.
Di dalam
dunia sinema, Sin City adalah contoh film yang mengaplikasikan teknik
ini.
Tenebrisme
Salah satu
teknik yang berhubungan dekat dengan chiaroscuro adalah tenebrisme. Dalam bahasa
Italia, kata tenebroso berarti berpendar (bisa pula diartikan
pencahayaan dramatis). Lukisan dengan teknik ini menggunakan kontras yang
sangat kasar dalam gradasi gelap ke terang, yang merupakan perkembangan lebih
lanjut dari chiaroscuro. Bedanya, posisi sumber cahaya terlihat jelas di dalam
lukisan.
Contoh perupa
yang menggunakan teknik teberisme adalah Caravaggio,
Georges De La Tour,
dan Rembrandt.
Contoh
lukisan Chiaroscuro :